Peserta Gerilya Kunjungi Lokasi PLTS Terapung Terbesar di Asia Tenggara

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Peserta Program Kampus Merdeka Gerilya (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya) besutan Kementerian ESDM kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali mengunjungi salah satu lokasi implementasi teknologi panel surya di Indonesia, kali ini kunjungan dilakukan ke PT PJB Unit Pembangkitan Cirata, yang meliputi PLTA Cirata, PLTS Cirata 1MW dan lokasi PLTS Terapung 145 MW,

"Kunjungan ini dilakukan untuk memperkenalkan jenis-jenis teknologi yang digunakan dalam pembangkitan listrik utamanya jenis desain PLTS, sehingga mereka tidak hanya menerima materi kuliah secara teori tapi juga melihat langsung impelementasi di lapangan," ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM di Jakarta (5/12).

Tak hanya itu, 4 orang peserta Gerilya juga mendapat pembelajaran langsung di lapangan dalam Team Based Project Gerilya melalui PJB Academy's Innovative Learning selama 2 bulan ke depan. "Ada empat orang peserta Gerilya juga yang kami titipkan agar mendapatkan pengetahuan lanjutan implementatif PLTS di PJB Akademi," lanjut Agung.

Keempat peserta Gerilya tersebut adalah Adyan Pamungkas (Universitas Diponegoro), Adi Alson (PEM Akamigas Cepu), Andre Firdaus (Universitas Jenderal Soedirman) dan Muhammad Ayhan Adit Pratama (Institut Teknologi Bandung).

Di PJB Akademi, mereka belajar pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata berkapasitas 1 MW yang telah beroperasi sejak tahun 2015. PLTS ini mensuplai daya langsung ke jaringan dan beban kV PLN melalui 20 jalur yang bersifat lokal.

Secara khusus, desain PLTS Cirata 1 MW ditujukan untuk penelitian dan pengayaan pengetahuan serta pengalaman. Energi yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan listrik kantor PT PJB UP Cirata dan PJB Akademi.

"PLTS ini tergolong dalam sistem on-grid yang masih tersambung dengan jaringan PLN, namun produksi yang dihasilkan tidak dikomersialkan dan hanya digunakan untuk suplai kebutuhan listrik di wilayah ini", ujar Dedi Shandra, Pengawas Operasi sekaligus Mentor Program Gerilya dari PT PJB UP Cirata.

Selain itu, Ia merinci, terdapat beberapa jenis PLTS yang ditemui berupa jenis ground mounted, PV rooftop, dan akan dibangun PV floating system. Selain jenisnya yang beragam, desain PLTS juga dibuat berbeda-beda. Salah satu desain yang unik yang ditemukan yaitu penggunaan jenis inverter yang berbeda berupa string inverter dan central inverter. Dengan memanfaatkan dua jenis inverter ini, diharapkan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknologi dan dapat belajar terkait bagaimana memaksimalkan pemanfaatan sumber daya dengan cost yang minimal.

"Dengan kapasitas yang besar, untuk O&M PLTS 1MW Cirata dilakukan pengecekan secara berkala yaitu 1 hari per 1 array untuk menjaga performa system. Jika terdapat kerusakan pada komponen electrical, dapat langsung dikontrol dari control room. Degradasi tahunan dari PLTS ini hanya sekitar 1% pertahun, jika O&M terus dilakukan secara berkala", ucap Dedi.

Di wilayah Waduk Cirata ini, juga akan dibangun PLTS Terapung 145 MW yang tersambung ke transmisi 150 kV. Luas area yang dimanfaatkan mencapai 200 hektar dengan perkiraan produksi energi sebesar 350 GWh per tahun. PLTS Apung terbesar se-Asia Tenggara ini ditargetkan akan COD pada akhir 2022.(rls)